Gambar 2.4. menunjukan tampang lintang suatu benda
berbentuk kotak yang terapung diatas permukaan air
Gambar 2.4. Stabilitas benda terapung
Pusat apung B
adalah sama dengan pusat berat dari bagian benda yang berada di bawah permukaan
air seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.4.a. pusat apung tersebut berada
vertikal dibawah pusat berat G. Bidang AE adalah perpotongan
permukaan zat cair dengan benda. Perpotongan antara sumbu yang melalui titik B dan G dengan
bidang permukaan zat cair dan dasar benda adalah titik P dan O
(gambar 2.4.a).
Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui P
dari kedudukan seimbang, titik B akan berpindah pada posisi baru B’,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.b. Sudut kemiringan benda terhadap bidang
permukaan zat cair adalah a. Perpindahan pusat apung ke titik B’
terjadi karena volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk yang berbeda
pada waktu posisi benda miring. Dalam gambar (2.4.b), titik metasentrum M
adalah titik potong antara garis vertikal melalui B’ dan perpanjangan
garis BG. Titik ini di gunakan sebagai dasar di dalam menentukan
stabilitas benda terapung. Pada gambar 2.4.b, apabila titik M diatas G,
gaya FB dan FG akan menimbulkan momen yang
berusaha untuk mengembalikan benda pada kedudukan semula, dan benda tersebut
dalam kondisi stabil. Sebaliknya, apabila M berada di bawah G,
momen yang ditimbulkan FB
dan FG akan menggulingkan benda sehingga benda tidak stabil.
Sedang jika M berimpit dengan G maka benda dalam keseimbangan
netral. Dengan demikian jarak MG dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
stabil. Apabila MG positif (M diatas G) maka benda akan stabil. Semakin besar nilai MG,
semakin besar pula stabilitas benda terapung. Jika MG negatif (M
dibawah G) maka benda adalah tidak stabil. Jarak MG disebut
dengan tinggi metasentrum.
Pada gambar
2.4.b., setelah benda digoyang, di sebelah kanan sumbu simetri terjadi tambahan
gaya apung sebesar dFB dan disebelah kiri terjadi pengurangan sebesar dFB. Apabila ditinjau suatu elemen dengan luas tampang
dA dan terletak pada jarak x dari sumbu simetri, maka penambahan
gaya apung adalah :
dFB =
x tg a dA g
Dengan x tg a adalah tinggi elemen.
Momen kopel
yang terjadi :
dM = x tg a dA g x = g tg a x2 dA
Persamaan di
atas diintegralkan sehingga menjadi :
M = g tg a ò x2 dA
Dengan ò x2 dA adalah momen inersia tampang lintang benda
terapung yang terpotong muka air terhadap sumbu rotasi, Io,
sehingga bentuk diatas menjadi :
M = g tg a Io
Selain itu
momen yang ditimbulkan oleh gaya apung terhadap sumbu simetris adalah :
M = FB ´ BM sin a
M = g V ´ BM sin a
Dengan V adalah volume air yang di
pindahkan.
Subsitusikan
nilai M dari persamaan (4.1) ke dalam persamaan (4.2) akan memberikan :
g tg a Io =
g V ( BM sin a )
Untuk nilai a sangat kecil, sin a = tg a » a, sehingga :
Io
= V BM
Atau
BM =
Tinggi
metasentrum adalah :
GM = BM -
BG
GM =
Apabila G di bawah B maka BG ditambahkan. Dalam
keadaan ini tinggi metasentrum selalu positif dan keseimbangan adalah stabil.
Tinggi metasentrum ini angat penting di dalam perencanaan kapal, ponton,
pelampung penambat kapal, dan sebagainya.
terima kasih atas informasinya
ReplyDeletenice sangat bagus untuk belajar
ReplyDeletekomatsu jakarta